adsense link 728px X 15px



Menata hati (al hikam syeh Muhammad ibn 'Athaillah)

Diposting oleh cybercere on Sabtu, 17 September 2011
Menata Hati, Sebab Akibat adalah hal yang baharu, meski sekilas hal tersebut berhubungan namun pada hakikatnya hal tersebut berdiri sendiri. Didalamnya ada faktor yang menjadi sabab, Ia lah Alloh Subhanahu wata'ala Musabbibul Asbab (penyebab dari adanya sabab juga termasuk didalamnya akibat).

Dalam pandangan keimanan hal ini masuk ke rukun Iman yang ke enam, yaitu khoirihi wa syarrihi minallohi ta'ala. Adanya hubungan sekilas dalam pandangan akal (logis) tentang hubungan sebab dan akibat tersebut merupakan ranah pengadatan/ sunnatulloh namun pada hakikatnya hal itu merupakan pengaturan/ adanya peran Alloh Subhanahu Wata'ala.

Contoh kasus : "innalloha laa yukhliful mii'ad" Sesungguhnya Allah tidaklah menyalahi janji (Nya) artinya apa yang dijanjikan oleh Allah Subhanahu wata'ala tidaklah akan diingkari oleh Nya. karena Ia memang tidak pernah menyalahi janji. Pada konteks ini misalnya bahwa seorang yang senantiasa beramal kebajikan, sholat, taat dan lain lain. janji Nya adalah surga Nya. (sabab) sebagai konsekwensi logis (akibat) dari janji Nya, seseorang yang senantiasa beramal kebajikan, sholat, dan berbagai bentuk ketaatan sesuai dengan janji Nya orang ini masuk sorga. hal ini perlu dipahami bahwa yang berjanji semacam ini adalah Ia Allah Subhanahu wata'ala, menjadi suul adab dihadapan Allah Subhanahu wat'ala apabila dalam hal ini manusia yang menagih janji Nya dengan menyatakan misalnya : "Ya Alloh saya ini sudah taat, sudah sholat, sudah haji, puasa, dan lain-lain.. maka masukkanlah saya ke surga MU". secara sekilas kalimat tersebut benar, namun bila dirunut dari segi adab, hal ini masuk ke i'timad 'alal amal (tergantung/ ketanggengan kepada amal). dalam arti kalimat tersebut terdapat makna seolah olah ia sudah merasa pantas untuk beroleh anugrah surga Nya karena amaliah kita sudah baik, sudah sholat, sudah taat dll. hal ini dihawatirkan bisa melupakan pribadi tersebut bahwa ketaatan yang bisa ia kerjakan tidak lain karena adanya peran hidayah, peran anugrah ni'mat iman dan islam dari Allah Subhanahu wata'ala. Jika tidak ada peran hidayah, peran anugrah ni'mat dari Nya, kesehatan dari Nya, peran berfungsinya syaraf yang bisa digerakkan.. dan keni'matan2 dari Nya baik yang tercerna dalam pemahaman kita atau tidak, tentu ketaatan semacam itu tidaklah akan muncul dalam pribadi yang bersangkutan. begitu pula jika tidak ada ni'mat/peran anugrah Alloh Subhanahu Wata'ala untuk bisa bersyukur tentunya pribadi tersebut tidak akan bisa bersyukur. hal ini merupakan hal yang samar dalam hati.

Sama juga dengan ketika sudah berdoa, wirid, dan lain- lain dari berbagai macam doa, apabila tidak hati- hati dengan masalah ini dihawatirkan pribadi tersebut akan meyakini bahwa tercapainya hajat/ kebutuhan dan lain-lain itu sabab wirid dan apa-apa yang telah ia usahakan. hal ini pun pada akhirnya dihawatirkan lupa, bahwa bisanya seseorang istiqomah wirid/ doa dan lain-lain tidak lain adanya peran anugrah dari Allah Subhanahu wat'ala. bila tidak ditelusuri lebih lanjut dihawatirkan timbulnya malas, protes, putus asa, misalnya dengan mengatakan : "saya ini sudah wirid, sudah mengamalkan ijazah dari ulama ini, kiyai ini, dari si fulan dan si fulan, tapi kok g terkabul?" apabila hal ini dibiarkan dihawatirkan akan timbul penyakit berikutnya berupa tidak yakin, jika dibiarkan dihawatirkan lagi timbul penyakit dalam hati berikutnya meremehkan. misalnya dengan mengatakan : "Ah ulama tersebut bohong, kiyai tersebut bohong, tidak jos, tidak mujarab/ gak mandi" dan lain-lain. hal tersebut dihawatirkan akan merembet ke penyakit2 hati yang lain. ------------------- secara ringkas : Bila menemukan anugrah ketaatan.. bersyukur, bila mendapati selain dari hal tersebut istighfar, untuk kemudian berusaha secara sungguh-sungguh untuk bisa istiqomah dalam hal kebaikan/ kebajikan, selalu husnuzhan kepada-Nya, hanya bergantung kepada Nya Al Ahad, As-shomad. sebagai wujud kesungguhan seorang 'abdun seorang hamba dihadapan Allah Subhanahu wata'ala. Sebagai seorang pribadi dihadapan Alloh Subhanahu wata'ala Ia Alloh Maha Raja Diraja, Arrahman Arrahim. Ia Yang Maha Luas rahmat Pengampunan Nya.

{ 0 komentar... read them below if any or add comment }

Posting Komentar

Follow Us

 
FASTSEO - SEO Friendly Blogger Template Design by Tutorial SEO Blogspot